Dikotakkatik [Video Editing][Photograph][News][Kuliah]: Tugas Ke-5 Materi Kreatif TV(Kelompok) "Saat Kalumpang Bercocok Tanam" (Broadcast)

Pages

::[Copyrights]::

::[Let's Chekidot]::

Monday, October 1, 2012

Tugas Ke-5 Materi Kreatif TV(Kelompok) "Saat Kalumpang Bercocok Tanam" (Broadcast)

"Saat Kalumpang Bercocok Tanam"


www.google.com

 Mind Mapping :



- Deskripsi
- Topik
- Tujuan 
- Premis
- Elemen Cerita
- Kesimpulan
- Inspirasi

Deskripsi :
Di tengah perbukitan dan arus deras Sungai Karomah, Kalumpang masih menyimpan catatan pra-sejarahnya. Persisnya, setelah, seorang arkelog Belanda, HR van Heekeren, atau Tuan Delapan, pada tahun 1942, mengungkap berbagai temuan tentang awal masa bercocok-tanam. Momentum itu membuat Kalumpang senantiasa menjadi ajang penelitian para arkeolog, untuk mendapati bukti-bukti pra-sejarah lain.

Tim Filmmaker mencoba menapaktilasi ekspedisi HR van Heekeren, melalui situs-situs dan saksi sejarah yang masih hidup. Perjalanan itu sendiri dimulai dari kota Mamuju, Sulawesi Barat. Dengan sebuah mobil Kijang, tim harus melintasi jalan-jalan sulit dan berbagai perkampungan. Namun, kesan eksotis mewarnai setiap panorama yang dijumpai.

Pada perjalanan hari pertama, Tim Filmmaker juga harus menggunakan sebuah ponton, untuk menyebrangi Sungai Karamah. Bahkan, tim juga harus bermalam di tenda, persis di tepian Sungai Karamah. Acara makan malam menjadi awal diskusi napak-tilas arkeolog Belanda itu. Selanjutnya, mereka harus melanjutkan perjalanan darat sekitar enam jam untuk mencapai Kawasan Kalumpang – sekitar 60 kilometer dari kota Mamaju. Perjalanan eksotik nan menantang harus dilakukan, ketika Tim Potret harus menggunakan perahu katinting untuk mencapai Desa Seseppe. Karena, hadangan batu dan arus dari hulu membuat perahu katinting benar-benar diuji ketangguhannya.Di antara perjalanan nan melelahkan itu, Tim Filmmaker akan mengungkap makna temuan Arkeolog asal Belanda itu. Persisnya, melalui situs-situs yang didapat di Desa Minanga Sipakko dan Bukit Kemasi. Untuk memperjelas penggambaran masa itu, mereka juga merusaha memvisualkannya dalam fragmen-fragmen sederhana, sebagai sebuah flashback. Bahkan, seorang saksi sejarah yang juga mengikuti saat eksapasi, juga akan menuturkan catatan kecilnya.
Berbeda dengan film dokumenter sebelumnya, “Saat Kalumpang Bercocok-Tanam” lebih banyak menampilkan gambar. Tidak ada narasi. Sebagai gantinya, dialoh di antara anggota Tim Filmmaker menjadi sumber informasi.
Nama kalumpang sesungguhnya sangat asing buat saya. Bisa jadi, sebagian besar masyarakat ditanah air pun belum mengenalnya. Apalagi mengetahui sejarah yang dimilikinya. Karena itu, ditawarkan oleh Asfryanto-perised saya- untuk dijadikan sebuah film dokumenter , maka saya harus benar-benar memutar otak. Dimana sesungguhnya kalumpang ? Ada apa dengan kalumpang ? Apa menariknya untuk di filmingkan bla bla bla....
Berbagai pertanyaan pun makin bermunculan, kawasan kalumpang berada disebelah timur kota mamuju, SULAWESI BARAT . Jarak dari mamuju menuju kalumpang sekitar 60 km. Sama dengan jarak jakarta-Bogor. Namun, dengan medan yang terlalu berat jalanan seluruhnya tidak dilapisi aspal,hanya masih asli tanah merah, dilapisi kerikil-krikil tajam jika hujan, bisa dibayangkan prasarana umum itu warga setempat menggunakan mobil HARD_TOP tua bergardan ganda untuk mencapai tempat itu.
Kawasan kalumpang dimukimi oleh sekitar 4000 jiwa disejumlah dusun banyak kemiripan dengan suku toraja tetapi mereka lebih suka menyebut dirinya dengan nama suku KALUMPANG.
Karena mereka percaya, adat istiadat yang dimilikinya memang berbeda dengan orang-orang toraja kawasan tersebut banyak dikunjungi para peneliti terutama dari kalangan arkeolog. Tujuannya adalah situs-situs dikawasi dan minanga sipako meskipun demikian , kalumpang tetap saja menjadi daerah terpencil. Kekayaan arkais disana seakan tidak mampu mengangkat nama permukaan untuk mempromosikan ketempat yang lebih terhormat.
Menurut catatan sejarah bercocok tanam pada zaman prasejarah dikawasan itu pertama kali dilakukan oleh dua arkeolog belanda, AA cense dan VAN steincallenvels, pada tahun 1933.
Berdasarkan temuan mereka akhirnya mengundang arkeolog belanda lain,  HR Vanheekeren, untuk mendatangi kalumpang pada tahun 1949. Tujuannya menggali lebih dalam dan menggali jejak-jejak bangsa Austronesia dipedalaman mamuju itu seperti juga pada pendahulunya , Heekeren harus menelusuri sungai karamah selama hampir sepekan untuk mencapai kawasan kalumpang Asfiyanto sempat menyerahkan buku sejarah indonesia karangan nugroho notosusanto sebagai bahan refrensi. Ternyata , kalumpang menjadi pembahasan sendiri. Artinya siswa-siswa IPS atau mahasiswa jurusan sejarah pasti mengenal baik nama kalumpang mengingat buku itu kan bacaan wajib bagi mereka.
Alam yang eksotis , perjalanan jauh ketempat terpencil, pun harus melewati  daerah-daerah sulit, sudah  pasti menjadi tawaran yang menggiurkan. Karenanya  ornamen-ornamen estetika , yang memberikan keindahan gambar. Keterpencilan lokasi jelas akan menghadirkan carita dramatis selama perjalanan. Ditambah adanya situs-situs arkeologi sejarah kehadiran HR Vanheekeren , jelas menjadi alasan yang tepat untuk melakukan petualangan  dan  pembuatan film dokumenternya karena, berdasarkan hasil riset yang diserahkan oleh Asfryanto sudah terlihat arah yang bakal dibidik. Termasuk kawasan cerita yang akan dipilih. Ketika nama arkeolog Belanda Hr vanheekeren diajukan lengkap dengan data perjalanannya maka bayangkan ada nilai lebih dalam perjalanan itu kian terasa.

Topik :
Situs-situs arkeologi dikalumpang

Tujuan:
Menggambarkan perjalanan HR vanheekeren saat mengungkap keberadaan situs-situs arkeologi dikalumpang

Premis :
“Petualangan untuk menapak – tilasi perjalanan hr vanhekeren kekawasan kalumpang .

Elemen Cerita :
1.    Petualangan: perjalanan filmaker dalam berbagai situasi saat menuju kawasan kalumpang, perjalanan menuju situs-situs dan desa terdekat.
2.    Profil kawasan kalumpang : gambaran umum  lokasi , rumah adat ,tokoh-tokoh adat aktivitas warga, pusat kegiatan ekonomi, panorama, dsb.
3.    Situs-situ : Situs dibukit dan minanga sipako
Profil kalumpang juga mendapat porsi bukan hanya ekstetika gambar ragam budaya dan kondisi sosialnya juga layak untuk diungkapkan bayangkan sebuah tempat terpencil dan jauh dari jangkauan tapi tempat itu terbilang sangat bernilai.

Kesimpulan :
Kawasan kalumpang dimukimi oleh sekitar 4000 jiwa disejumlah dusun banyak kemiripan dengan suku toraja tetapi mereka lebih suka menyebut dirinya dengan nama suku KALUMPANG.
Karena mereka percaya, adat istiadat yang dimilikinya memang berbeda dengan orang-orang toraja kawasan tersebut banyak dikunjungi para peneliti terutama dari kalangan arkeolog. Tujuannya adalah situs-situs dikawasi dan minanga sipako meskipun demikian , kalumpang tetap saja menjadi daerah terpencil. Kekayaan arkais disana seakan tidak mampu mengangkat nama permukaan untuk mempromosikan ketempat yang lebih terhormat.
Menurut catatan sejarah bercocok tanam pada zaman prasejarah dikawasan itu pertama kali dilakukan oleh dua arkeolog belanda, AA cense dan VAN steincallenvels, pada tahun 1933. Karenanya  ornamen-ornamen estetika , yang memberikan keindahan gambar. Keterpencilan lokasi jelas akan menghadirkan carita dramatis selama perjalanan.
Profil kalumpang juga mendapat porsi bukan hanya ekstetika gambar ragam budaya dan kondisi sosialnya juga layak untuk diungkapkan bayangkan sebuah tempat terpencil dan jauh dari jangkauan tapi tempat itu terbilang sangat bernilai.

Inspirasi :
Dilihat dari kegiatan Suku Kalumpang ,seperti bercocok tanam, kami terinspirasi untuk bekerja keras dari kegigihan suku Kalumpang walupun suku tersebut terdapat diwilayah terpencil(Sulawesi).
Dengan hasil alam dan keindahan yang terdapat disana pun masih asri.
Selain itu,Kalumpang Memberikan sebuah keindahan alamnya dan juga terdapat arkeolog-arkeolog yang masih menimbulkan pertanyaan.
Sedimikian pertanyaan tersebut? Bahwa kami membayangkan seperti misteri yang belum kami ungkapkan dalam cerita ini. Sebuah perjalanan ini Sangat  cukup memberikan kesan dokumenter “sang pemberani” bila mengikuti jejak  petualang  untuk pergi kesana.
Setelah  menelaah perjalanan di Kalumpang,yang masih perlu mengeksprolasi dengan arkeolog-arkeolog yang terdapat disana! Ingin rasanya, salah satu dari kelompok kami pergi kesana. selain ingin mengetahui seberapa banyak arkelog2 dan kehidupan suku Kamulang.  Kami ingin menelaah sebuah mata pencaharian di suku tersebut.
Ini menjadi sebuah petualangan untuk kami jelajahi, karena penasan dengan medan jalan yg cukup untuk di lalui. Sepertinya seru untuk mengeksloprasi menjadi sebuah dokumenter!



Just Thanks For :

Semoga bermanfaat. . .  
Silahkan kunjungi blog Gallery Foto saya, dengan link dibawah ini :


Best Regard, 
Shandry Fadlyka