PERSPEKTIF KOMUNIKASI - B.AUBREY FISHER
Perspektif Komunikasi
Perkembangan
komunikasi berjalan beriringan dengan perkembangan teknologi. Berlo
(1975) menyebut zaman sekarang ini adalah zaman revolusi komunikasi yang
sejati, yang ditimbulkan, sebagian terbesar oleh adanya perkembangan
kemajuan teknologis yang amat pesat di bidang media komunikasi. Salah
satu fakta yang sangat mencolok tentang dasawarsa dewasa ini adalah ledakan informasi yang luar biasa. Ledakan informasi itu telah menuntut adanya penemuan beberapa sarana untuk mengatasi masalah informasi tersebut.
Teknologi telah dikembangkan pada tingkat massa
dengan perkembangan sistem komputer yang canggih itu (misalnya ERIC)
untuk menyimpan dan mencari kembali informasi secara sistematis. Dalam
pengertian yang sebenarnya, ERIC hanyalah suatu mekaninsme untuk
mengatasi masalah secara komputer itu. Teknologi juga menambah
“kemudahan dibawanya” informasi sehingga setiap tahun berikutnya makin
banyak orang menerima informasi secara lebih cepat.
Hasil
yang tidak dapat dielakkan dari revolusi komunikasi pada masa kini
adalah bahwa pemahaman hakikat komunikasi manusia menjadi lebih sulit
lagi, namun menjadi lebih menentukan dalam masyarakat kontemporer.
1. Perspektif Mekanistis
Para
ahli teori sosial dan filsuf ilmu umumnya sependapat bahwa ilmu sosial/
perilaku amat banyak meminjam dari ilmu fisika, pada saat disiplin baru
itu menjalani perkembangan selama tahun-tahun pembentukannya.
Perspektif mekanistis komunikasi manusia menekankan pada unsur fisik
komunikasi, penyampaian dan penerimaan arus pesan seperti ban berjalan
di antara sumber atau para penerimanya. Semua fungsi penting dari
komunikasi terjadi pada saluran, lokus , perspektif mekanistis. Ilmu
fisika yang dominant pada beberapa abad ini merupakan perspektif
mekanistis, umumnya dikenal sebagai “fisika klasik”.Saluran
merupakan tempat untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
komunikan secara kontinu atau terus-menerus, tanpa adanya saluran maka
komponen- komponen komunikasi lainnya akan terkatung- katung secara
koseptual dalam ruangan. Karena secara jelas perspektif mekanistis
menempatkan komunikasi bulat- bulat pada saluran.
Karena
terlalu memfokuskan kepada saluran, maka timbul hambatan dan kegagalan
dalam komunikasi. Hambatan tersebut lebih banyak dilihat sebagai
hambatan psikologis yang terdapat dalam kemampuan kognitif dan afektif
Individual dalam menyandi dan mengalih sandi pesan.
Encoding
merupakan proses pentransformasian pesan dari satu bentuk ke bentuk
yang lain pada saat penyampaian. Sedangkan pengalihan sandi atau decoding merupakan proses pentransformasian pesan dari satu bentuk ke bentuk yang lain pada saat penerimaan atau di titik tujuan.
Jika komunikatornya lebih dari dua, maka memerlukan penjaga gerbang atau disebut gate keeping. Penjaga gerbang berfungsi menerima informasi dari suatu sumber dan merelai informasi tersebut kepada seorang penerima.
2. Perspektif Psikologis
Banyak
penelitian komunikasi dalam tradisi empiris ilmu sosial kontemporer
telah meminjam secara besar-besaran dari psikologi, tetapi fenomena ini
dapat dimengerti. Sejak berabad-abad komunikasi meminjam dari disiplin
lain seperti filsafat, sosiologi, bahasa dan lain sebagainya. Banyak
yang menganggap bahwa tradisi meminjam ini adalah hal yang wajar karena
komunikasi merupakan disiplin yang elektik (electic).
Karakteristik Penjelasan Psikologis
Seperti
halnya komunikasi, psikologi merupakan disiplin yang beraneka ragam
dengan spesialisasi-spesialisasi yang dihubungkan secara longgar,
misalnya psikologi kepribadian, psikologi sosial, psikologi industri,
dan lain sebagainya. Sebenarnya, pandangan psikologis komunikasi tidak
mencakup semua hal dari satu teori saja dalam psikologi. Ingat bahwa
peminjaman komunikasi dari psikologi secara relatife bersifat dangkal
dan sporadis. Akibatnya, disini tidaklah dimaksudkan untuk mengemukakan
cirri-ciri esensial penjelasan psikologis. Akan tetapi, tujuannya adalah
untuk menandai ciri-ciri penjelasan psikologis yang tampaknya
mengarahkan ahli komunikasi yang mempergunakannya.
Penerimaan Stimuli oleh Alat-alat Indera
Sebagai
manusia, kemanpuan kita sangat terbatas untuk berhubungan dengan
lingkungan kita serta dengan sesama kita. Secara fisiologis,
setidak-tidaknya, kita hanya memiliki lima
alat indera. Fenomena lingkungan itu yang terkandung dalam banyak
penjelasan psikologis, termasuk dalam penjelasan teoritis di luar
kecenderungan behavioristis, adalah konsep “stimulus” sebagai satuan
masukan alat indera.
Jadi,
setiap berkas sinar yang masuk pada retina mata kita, setiap getaran
udara yang menggetarkan bagian dalam telinga kita, atau zat apapun yang
merangsang indera kita dinamakan stimulus. Akibatnya, stimuli memberikan
data yang dipergunakan dalam penjelasan tentang perilaku manusia
Mediasi Internal Stimuli
Setelah
menerima stimuli-stimuli, indera kita akan mengolahnya kembali di dalam
tubuh dan pikiran kita. Hampir seluruhnya, mediasi organisme dalam
penjelasan S-R merupakan konsep black box, yakni
struktur khusus dan fungsi proses antara yang internal dipandang kurang
penting dibandingkan dengan proses pengubahan input menjadi output.
Menurut teori ini, penjelasan memerlukan pengamatan masukan dan
pengeluaran namun tidak menuntut pengamatan langsung pada kegiatan dalam
diri organisme yang bersangkutan, sekalipun mungkin dapat dilakukan.
Penjelasan
S-R akan mengemukakan bahwa organisme akan menghasilkan perilaku
tertentu, jika ada kondisi stimulus tertentu. Maksudnya, keadaan
internal organisme berfungsi menghasilkan respons tertentu jika ada
kondisi stimulus tertentu pula. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa
keadaan internal tersebut hanya dapat dikenali dalam artian peran yang
dijalankannya dalam menghasilkan perilaku.
Peramalan Respons
Tujuan
penjelasan S-R berpusat pada peramalan, dan peramalan berpusat pada
respons. Sebenarnya respons dianggap sebagai perilaku yang dapat secara
langsung diamati, dan penjelasan psikologis berusaha menghubungkan,
yakni menjelaskan, perilaku dalam artian stimuli dan keadaan internal.
Memang jelas bahwa respons tidak dapat diramalkan semata-mata dalam arti
sifat fisik stimulus. Respons lebih dapat diuntungkan dengan keadaan
internal yang diaktifkan oleh psikologis.
Secara
singkat, dapat ditarik kesimpulan bahwa setelah organisme menerima
stimuli-stimuli dari luar dan kemuadian memporosesnya di dalam dirinya,
maka organisme akan dapat meramalkan respons apa yang akan terjadi
selanjutnya, baik itu akan dilakukan maupun tidak akan dilakukan.
Peneguhan (Reinforcement) Respons
Peneguhan
respons mempengaruhi keadaan internal organisme dalam keadaan
kebalikannya. Maksudnya, organisme itu dipengaruhi tidak hanya oleh
peristiwa di masa lampau saja tetapi iapun dipengaruhi oleh masa yang
akan datang.
Akibat
adanya arah ganda waktu ini adalah untuk memberikan penegasan yang
lebih besar pada keadaan internal organisme tersebut. Dalam arti,
organisme tidak hanya tergantung pada lingkungannya saja, tetapi ia
dapat mengendalikan lingkungan dan pengaruhnya, sampai batas tertentu,
melalui penggunaan fungsi antara dari keadaan internalnya.
Perspektif
psikologis tentang komunikasi manusia memfokuskan perhatiannya pada
individu (si komunikator/ penafsir) baik secara teoritis maupun empiris.
Secara lebih spesifik lagi, yang menjadi fokus utama dari komunikasi
adalah mekanisme internal peneriamaan dan pengelolahan informasi.
Fokus
ini telah menimbulkan orientasi komunikasi manusia yang berpusat pada
si penerima. Walaupun bidang sebenarnya psikologi yang dipinjam
perspektif ini masih tidak jelas, unsur- unsur perantara dari
behaviorisme S-O-R dan psikologi kognitif, khususnya teori keseimbangan,
cenderung untuk mendominasi usaha penelitian para ilmuwan komunikasi
yang mempergunakan perspektif psikologi.
Pertama- tama, perspektif ini menganggap bahwa manusia berada dalam suatu medan
stimulus, yang secara bebas disebut sebagai suatu lingkungan informasi.
Dalam model psikologis manusia ditandai sebagai makhluk yang memiliki
fungsi ganda menghasilkan dan menerima stimuli- jadi manusia adalah
seorang komunikator/ penfsir stimuli informasional.
Psikologis
komunikasi memiliki model yang berbeda dari model psikologis yang
menjelaskan semua perilaku dalam kerangka asumsi bahwa semua manusia
dalam medan
stimulus menghasilkan sejumlah besar stimulus yang ditangkap oleh orang
lain. Karena itu, sampai batas- batas tertentu, tiap komunikator telah
terorientasi secara psikologis kepada yang lain.
Filter
konseptual merupkan suatu “kata petunjuk”, yang ditujuan untuk mencakup
semua konstruk yang beragam yang telah dipakai untuk melukiskan secara
teoritis kegiatan internal dalam diri manusia. Filter konseptual juga
berfungsi untuk membantu proses penyandian, apabila proses penyandian
kurang ditangkap dengan baik.
Salah
satu hambatan perspektif psikologi, yaitu kecenderungan
mendehumanisasikan manusia dan pada akhirnya membuat mereka tidak
berdaya terhadap lingkungan mereka sendiri.
Penggambaran
tentang perspektif psikologis tidaklah merupakan perspektif yang
menyatu secara manunggal dalam pengkajian komunikasi. Sebaliknya, dalam
kerangka perspektif ini terdapat pendekatan metodologis, konsep yang
dipakai, serta definisi operasional yang digunakan, yang amat
beranekaragam. Sampai pada tingkat tertentu, ketidaksamaan ini
mencerminkan sebagian besar kekalutan yang terdapat di dalam disiplin
psikologi. Sudah tentu, penekanan pada filter konseptual yang berupa
black box (seperti: sikap, persepsi, keyakinan, dan keinginan) telah
mempercepat timbulnya arah yang berlainan.
3. Perspektif Interaksional
Meskipun
asal mula perspektif interaksional komunikasi manusia dapat ditelusuri
sampai kefilsafat ekstensialisme dan bahkan ke Socrates, sumbernya yang
khusus dan komprehensif dari perspektif ini secara langsung ataupun
tidak langsung adalah interaksional komunikasi manusia.
Secara
lebih khusus lagi, arah perkembangan dalam masyarakat ilmiah komunikasi
manusia yang memperlakukan komunikasi sebagai dialog adalah adanya
indikasi yang terang sekali dari pendekatan interaksional pada studi
komunikasi manusia.
Popularitas
interaksional berasal dari reaksi humanistis terhadap mekanisme dan
psikologisme. Akan tetapi, yang lebih penting lagi adalah pemberian
penekanan yang manusiawi pada diri sebagai unsur pokok perspektif
interaksional. Tetapi dari pada memandang diri hanya sebagai
internalisasi pengalaman individual, interasionisme lebih menerangkan
perkembangan diri melalui proses “penunjukan diri” di mana individu
dapat “bergerak keluar” dari diri dan melibatkan dirinya dalam
intropeksi dari sudut pandang orang lain. Dengan cara yang sama individu
dapat melibatkan dirinya dalam pengambilan peran dan mendefinisikan
diri maupun orang lain dari sudut pandang orang lain.
Fenomena
pengambilan peran inilah yang memungkinkan adanya pengembangan diri
semata- mata sebagai proses sosial- dalam proses intropeksi maupun
ekstropeksi. Oleh karena hanya melalui interaksi sosial hubungan dapat
dikembangkan. Dan pengambilan peran tidak hanya merupakan unsur sentral
dari perspektif interaksional, akan tetapi juga menjadi unsur yang unik.
Perspektif
interaksional menekankan tindakan yang bersifat simbolis dalam suatu
perkembangan yang bersifat proses dari komunikasi manusia. Penekanannya
pada tindakan memungkinkan pengambilan peran untuk mengembangkan
tindakan bersama atau mempersatukan tindakan individu dengan tindakan
individu- individu yang lain untuk membentuk kolektivitas. Tindakan
bersama dari kolektivitas itu mencerminkan tidak hanya pengelompokan
sosial akan tetapi juga adanya perasaan kebersamaan ataupun keadaan
timbal balik dari individu- individu yang bersangkutan, yang dilukiskan
dalam model sebagai “kesearahan” orietasi individu- individu terhadap
diri orang lain, dan objek.
Komunikator
interaksional merupakan penggabungan yang kompleks dari individualisme
sosial, yakni seorang individu yang mengembangkan potensi
kemanusiawiannya melalui interaksi sosial.
Implikasi
yang paling penting dari perspektif interaksional bagi studi komunikasi
manusia adalah adanya penyempurnaan pemberian penekanan pada metodologi
penelitian. Implikasinya yang pertama mencakup pemahaman yang
disempurnakan tentang peran yang akan dijalankan oleh peneliti. Dari
pada hanya digambarkan sebagai seorang pengamat yang sifatnya berat
sebelah, dan tidak tertarik atas fenomena empiris, penelitian
interaksional menjalankan peranannya sebagai seorang pengamat-
partisipan dalam pelaksanan penelitiannya. Dari sudut pandang mereka,
peneliti mengoperasionalkan konsep dan menjalankan observasi empirisnya.
Akan tetapi, validasi konsep penelitiannya bergeser dari criteria
eksternal ke sudut pandangan para subjek penelitian itu sendiri.
Perspektif
interaksional dengan jelas merupakan sumber yang menarik perhatian
orang dalam pengertian bahwa ia berada dalam tahap perkembangan yang
kontinu. Dalam artian sebagai “revolusi yang belum tuntas”, setiap
penemuan penelitian secara relative bersifat baru dan mengarah ke banyak
arah yang baru.
4. Perspektif Pragmatis
Pragmatis
merupakan studi tentang bagaimana lambing- lambing itu berhubungan
dengan orang lain. Aspek pragmatis komunikasi berpusat pada perilaku
komunikator sebagai komponen fundamental komunikasi manusia. Pragmatika
berpandangan bahwa komunikasi dan perilaku sesungguhnya sama.
Prinsip-prinsip
pragmatika secara langsung lebih banyak berasal dari teori system umum,
campuran, multi disipliner dari asumsi, konsep, dan prinsip- prinsip,
yang berusaha menyediakan kerangka umum bagi studiberbagai jenis
fenomena- fisika, biologi, dan sosial. Teori system merupakan
seperangkat prisip yang terorganisasikan secara longgar dan bersifat
amat abstrak, yang berfungsi untuk mengarahkan jalan pikiran kita, namun
yang tergantung pada berbagai penafsiran.
Pada
prinsipnya perspektif pragmatis merupakan alternatif bagi perspektif
mekanistis dan psikologis, dengan memfokuskan pada urutan perilaku yang
sedang berlangsung dalam ruang lingkup filosofis dan metodologis teori
system umum dan teori informasi. Penekanannya pada urutan interaksi yang
sedang berjalan, yang membatasi dan mendefinisikan system sosial,
merupakan pemindahan dari penekanan perspektif interaksional pada
pengambilan peran yang diinternalkan. Meskipun demikian, pemberian
penekanan pada perilaku interaktif, sekalipun penjelasan kejadiannya itu
berbeda, merupakan penekanan yang sama bagi perspektif pragmatis dan
interaksional.
Yang
fundamental bagi setiap studi komunikasi manusia yang serius dalam
perspektif pragmatis adalah daftar kategori yang menyatakan fungsi yang
dilakukan oleh komunikasi manusia dan yang menyatakan fungsi yang
dilakukan oleh komunikasi manusia dan yang memungkinkan tindakan
komunikatif untuk diulang kembali pada saat yang bersamaan.
Selanjutnya
untuk memahami komunikasi manusia adalah mengorganisasikan urutan yang
sedang berlangsung ke dalam kelompok- kelompok karakteristik sehingga
peristiwa itu “cocok” satu sama lainnya dalam suatu pola yang dapat
ditafsirkan. Urutan itu diberi cara penggunaannya berkat ketrbatasanyang
diberikan pada pilihan interaktif; yakni, makin redudan urutan itu,
makin banyak struktur yang diperlihatkan oleh pola interaksi.
Implikasi
perspektif lebih luas dan lebih jauh liputannya dalam perbedaannya dari
kebijakan konvensional yang mengitari komunikasi manusia. Implikasi-
implikasi tersebut yakni:
· Ekternalisasi, karena komunikasi memusatkan perhatiannya pada perilaku, maka ungkapan klise yang dihubungkan dengan komunikasi mulai menerima makna baru.
· Probabilitas stokatis,
umumnya analisa data penelitian dalam ilmu- ilmu sosial mempergunakan
statistika inferensial, dan desain- desain eksperiental. Sifat
perspektif pragmatis menimbulkan masalah bagi para ahli yang hanya
terlatih dalam methode penelitian yang tradisional. Prinsip
ekuifinalitas, yang menandai system terbuka, tidak menyisihkan sama
sekali metode eksperimental, tetapi ia hanya mengurangi arti pentingnya
saja.
· Analisis kualitatif,
perspektif pragmatis mengandung arti bahwa inferensi kausal menjadi
kurang penting dalam memahami proses komunikasi manusia, jika tidak mau
dikatakan tidak sesuai. Yang lebih penting dan relevan adalah masalah-
masalah kualitatif yang mengenai karakterisasi system komunikasi. Bagian
ini akan berusaha menggambarkan secara garis- besar beberapa masalah
kualitatif yang paling penting bagi studi komunikasi sekarang.
· Kompleksitas konsep waktu,
di dalam kerangka perspektif pragmatis, waktu menjadi makin lebih
kompleks dan makin lebih merupakan bagian yang integral dari komunikasi
manusia.
· Komunikasi interpersonal massa,
dalam bidang yang beranekaragam seperti komunikasi manusia, penerapan
perspektif pragmatis bertindak sebagai kerangka untuk mempersatukan
berbagai pendekatan komunikasi yang berlainan.
Untuk
mengkonseptualisasikan komunikasi dari perspektif pragmatis sama saja
dengan memperbaharui secara drastic pola pikiran yang semula tentang
komunikasi. Akan tetapi untuk mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai
suatu tindakan “partisipasi” atau “memasuki” suatu system komunikasi
ataupun hubungan memerlukan “goncangan” pada cara berpikir kita yang
tradisional.
Walaupun
demikian, kemampuan untuk mengenal cara kita berpikir dan menggunakan
berbagai perspektif merupakan suatu tanda seorang yang terpelajar, dan
kemampuan untuk mengkonseptualisasikan, termasuk kemampuan untuk
merekonseptualisasikan adalah isyarat adanya pemahaman yang meningkat.
5. Kombinasi Perspektif
Ahli-ahli
komunikasi seringkali mengkombinasikan unsur-unsur berbagai perspektif
dan menggunakan kombinasi ini dalam meninjau proses komunikasi.
Kombinasi yang sering terjadi adalah perspektif psikologis dengan
mekanistis. Pada umumnya perspektif mekanistis- psikologis merupakan
pendekatan komunikasi yang jelas paling popular.
Setiap
perspektif secara relatif terpisah secara relatif antar yang satu
dengan yang lain. Menurut Aubrey Fisher, agar penelitian produktif
hendaknya menyadari pemakaian kombinasi perspektif dan secara sadar
mencegah adanya kombinasi yang tidak konsisten atau tidak searah.
Prasyarat bagi setiap pengembangan teoritis komunikasi adalah adanya
kesadaran kritis tentang perspektif teoritis yang ada dan yang sedang
diterapkan.
Perspektif
bukan hanya perspekti mekanistis, psikologis, interaksionis, dan
pragmatis saja, melainkan masih ada yang lain diantaranya: perspektif
ekologi atau kontekstual tentang komunikasi manusia konsisten dengan
definisi komunikasi sebagai proses adaptasi orgaisme kepada lingkungan.
Perspektif ekologi lebih bersifat asumtif dari pada aktual.
Perspektif
dramatisme, lebih berpengaruh dan populer dari pada pandangan ekologis
adalah dampak dramatisme atas komunikasi. Daramatisme lebih bersifat
analogis dari pada teoritis. Model dramatis menempatkan individu dan
perilaku sosial dalam analogi dramatis yang menandai aktor sosial pada
“panggung” kehidupan yang sebenarnya. Sebagai model atau analogi
organisasi komunikasi, dramatisme sangat bersifat heuristic, kaya dengan
ide- ide yang potensial.
Perspektif
memang memberikan pengaruh besar pada akumulasi pengetahuan yang
potensial yang menyangkut proses komunikatif. Pengaruh utama dari
perspektif ialah menentukan/ mengarahkan pemahaman seseorang tentang
konsep komunikasi. Salah satu cara untuk menerangkan pengaruhnya adalah
mengatakan bahwa perspektif yang berbeda memberikan interpretasi yang
berlainan juga.
Sebagian
orang mungkin akan menafsirkan perspektif itu sebagai suatu metodelogi
penelitian, jelas bukan. Begitu pula suatu metodelogi tertentu tidaklah
unik atau bahkan paling tetap bagi suatu perspektif apapun. Dalam
kenyataannya, setiap metodelogi penelitian apapun dapat cocok dalam
salah satu dari keempat perspektif itu, hanya tergantung pada sifat
pernyataan penelitian tertentu yang ditanyakan- bukan pada perspektif
filosofisnya itu sendiri.
Just
Thanks For :
Semoga
bermanfaat. . .
Silahkan
kunjungi blog Gallery Foto saya, dengan link dibawah ini :
Best Regard,
Shandry Fadlyka