Integrated Marketing Communication
Teknologi sebagai media komunikasi dan komunikasi pemasaran (marketing communication)
adalah dua hal yang saling berkaitan, bahkan saling bergantung satu
sama lain. Dunia pemasaran membutuhkan media sebagai sarana untuk
menyampaikan pesan kepada masyarakat sebagai audiens. Teknologi
membutuhkan pemasaran sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan adanya perkembangan teknologi, atau bagaimana teknologi
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mempermudah kehidupan sehari
–hari. Teknologi sebagai media komunikasi menjadi sarana yang sangat
efektif dalam dunia pemasaran hingga saat ini. Berbeda dengan zaman
dahulu, masyarakat tidak lagi terlalu menaruh perhatian pada media
cetak. Masyarakat kini lebih menaruh perhatian pada media elektronik.
David Wayne Eka, CEO lintasberita.com dalam salah satu seminarnya yang
bertema “Creative Digital Marketing” mengatakan, kelak metode
perikalanan AIDA (Attention – Interest – Desire – Action) akan berubah
menjadi AISA (Attention – Interest – Search – Action). Ketertarikan
dalam diri masyarakat terhadap suatu produk akan mendorong mereka untuk
mencari (search) informasi melalui internet mengenai produk yang sedang
ditawarkan.
Mengapa internet? Perkembangan teknologi yang pesat, serta mudahnya
akses untuk mendapatkan teknologi mendorong penggunaan internet di
masyarakat. Tingkat penjualan smartphone dan komputer portable yang tinggi, murahnya biaya langganan akses internet(speedy, fast net,
dll), menjadi faktor pendukung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
kasus meningkatnya pengguna situs jejaring sosial. Jumlah pengguna
situs jejaring sosial yang cukup besar, mendorong produsen smartphone
dan telepon selular lainnya untuk menyediakan aplikasi situs jejaring
sosial pada produknya (misalnya Facebook for Blackberry, Facebook for
Iphone, Twitter for Ipad,dll). Signature atau watermark dari
produk yang terpampang ketika pengguna situs jejaring sosial mengupdate
akun mereka menggunakan aplikasi tersebut – misalnya tulisan ‘via Facebook for Blackberry’
di bawah status update – tanpa disadari membentuk keinginan pengguna
situs jejaring sosial lain untuk menggunakan produk yang sama, hanya
untuk mendapatkan watermark tersebut. Beberapa kalangan bahkan
menyebut hal itu sebagai gengsi karena takut tidak dianggap mengikuti
perkembangan zaman. Melihat fenomena ini, produsen smartphone
dan telepon selular meningkatkan distribusi produk dan menetapkan harga
yang bersaing. Bakrie Telecomm melalui produk handphone ‘Esia’ misalnya,
memberi harga Rp 200.000,00 dengan mengunggulkan fitur Facebook dan
Twitter di produknya. Keinginan ‘mendapatkan’ watermark produk
berkembang menjadi perubahan perilaku masyarakat dalam menggunakan situs
jejaring sosial. Masyarakat tidak lagi mengupdate akun mereka, tetapi
juga untuk mencari informasi. Perilaku ini terlihat jelas di Twitter.
Penyebaran informasi seringkali berlangsung lebih cepat di Twitter
ketimbang di televisi.
Perubahan perilaku masyarakat yang lebih menaruh perhatian pada
internet menjadi tantangan bagi agensi periklanan dalam memasarkan
produk kliennya. Agensi ditantang untuk menemukan cara agar produk klien
dapat sampai di masyarakat melalui media komunikasi yang berbeda.
Permasalahan inilah yang mendorong munculnya Integrated Marketing Communication (IMC) atau Komunikasi Pemasaran Terintegrasi.
“We make it our business as advertising agents to advice on the best
methods of advertising, in whatever form…as the best combination of
work, such as we give, is the cheapest, as it brings the best result.”
(J. Walter Thompson, 1899).
1.2. Definisi Integreted Marketing Communication
Komunikasi pemasaran terpadu atau Integrated Marketing Communication
(IMC) adalah sebuah konsep dimana suatu perusahaan mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan berbagai saluran komunikasi untuk mengirim pesan yang
jelas, konsisten, dan meyakinkan berkenaan dengan perusahaan dan
produknya. (Kotler dan Amstrong; 2005).
Sedangkan definisi IMC menurut American Association of Advertising
Agencies adalah sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang
memberikan nilai tambah terhadap suatu perencanaan yang mendalam dengan
cara melakukan evaluasi terhadap peran strategis dari berbagai macam
ilmu komunikasi dan mengkombinasikannya untuk menghasilkan keakuratan,
konsistensi, dan efek komunikasi secara maksimal melalui integrasi dari
pesan – pesan yang terpisah.
Paul Smith (1996), dalam artikelnya yang berjudul Admap
menyatakan bahwa IMC adalah konsep sederhana yang menyatukan semua
bentuk dari komunikasi menjadi satu kesatuan solusi. Pada intinya IMC
mengintegrasikan semua alat-alat promosi sehingga alat-alat tersebut
dapat bekerja bersama-sama secara harmonis.
Dari definisi umum tersebut, kita bisa lihat sejumlah manfaat IMC bagi organisasi atau perusahaan, di antaranya:
- Membentuk identitas merk yang kuat di pasar dengan mengikat bersama dan memperkuat semua citra dan pesan komunikais perusaahn.
- Mengkoordinasikan semua pesan, positioning dan citra, serta identitas perusahaan melalui semua bantuk komunikasi pemasaran.
- Adanya hubungan yang lebih erat antara perusahaan (mellaui produk/jasanya) dengan para konsumennya.
- IMC adalah koordinasi dan penggunaan keseluruhan perangkat, kesempatan, fungsi dan sumber daya dari komunikasi permasaran dalam sebuah perusahaan ke dalam satu program yang memaksimalkan dampak pada konsumen dengan biaya minim. Pernyataan Thompson di atas menggambarkan kerja IMC yaitu untuk memberikan hasil yang maksimal dan terbaik dalam memasarkan suatu produk atau jasa. IMC menjadi sebuah solusi bagi agensi periklanan dalam menjangkau berbagai segmentasi pelanggan yang mengkonsumsi beragam media.
IMC juga merupakan pendekatan berbasis data yang fokus ada
identifikasi pandangan konsumen dan mengembangkan strategi dengan
saluran yang tepat untuk membentuk hubungan konsumen dan brang yang
kuat. Agensi perikalanan dapat menggunakan hanya beberapa komponen dari
IMC. Penggunaan didasarkan pada pendekatan yang diinginkan oleh klien.
Biasanya disesuaikan dengan segmentasi pelanggan produk klien. Oleh
karena itu, penting bagi agensi periklanan untuk mengetahui sisi mana
dari konsumen yang harus dimasuki serta bagaimana dan dimana konsumen
menggunakan berbagai tipe media.
Menggunakan IMC berarti memberikan konsistensi pesan yang disampaikan
pada konsumen meskipun menggunakan media yang berbeda. Konsistensi
tersebut secara tidak langsung akan menjadi retensi (pengulangan) ketika
konsumen melihat iklan yang sama pada media yang berbeda, kemudian
pesan akan melekat dalam benak konsumen. Berbagai keuntungan lain yang
didapat dengan menggunakan IMC adalah:
- Corporate cohesion. IMC dapat digunakan oleh klien sebagai alat strategis dalam mengkomunikasikan citra dan keuntungan dari produk atau jasa.
- Client relationship. IMC menyediakan kesempatan bagi agensi periklanan untuk memainkan peran penting yang signifikan dalam pengembangan proses komunikasi, dan menjadi partner yang efektif dalam hubungan dengan klien.
- Interaction. IMC memastikan komunikasi antara agensi dan menciptakan ikatan yang lebih kuat antara mereka dank lien. Dengan menyediakan arus informasi yang lebih terbuka, IMC memungkinkan partisipan komunikasi untuk berkonsentrasi dalam kunci dari pengembangan strategis, ketimbang mengejar tujuan individu.
- Motivation. IMC menawarkan kesempatan untuk memotivasi agensi periklanan. Pemikiran yang tergabung dari keseluruhan tim lebih baik dari pemikiran yang berasal dari individu saja. Hal ini juga memotivasi setiap anggota dalam tim agensi periklanan untuk menemukan potensi kreativitas mereka.
- Measurability. Kemungkinan keuntungan yang terpenting adalah penyampaian kemampuan mengukur respon dan akuntabilitas proses komunikasi.
1.3. Definisi Media Komunikasi
Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari
sumber informasi kepada penerima informasi. Manfaat media adalah
memudahkan seseorang untuk memperoleh sesuatu yang di cari, yang
biasanya kita cari langsung dari tempatnya,,kini sudah tidak begitu
lagi, kita bisa memesan barang melalui fasilitas internet ataupun
menghubungi customer service, dan juga bagi mahasiswa dan
pelajar adalah penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan,
proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran
menjadi lebih interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga,
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, memungkinkan proses belajar
dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, menumbuhkan sikap positif
siswa terhadap materi dan proses belajar serta mengubah peran guru ke
arah yang lebih positif dan produktif.
Menurut Burgon dan Huffner dalam M. Ghazali Bagus (2000) Media
komunikasi ialah perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator
kepada komunikate yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi
atau pesan tersebut.
Burgon dan Huffer juga menjelaskan fungsi media komunikasi yang berteknologi tinggi ialah sebagai berikut
- Efisiensi penyebaran informasi; dengan adanya media komunikasi terlebih yang hi-tech akan lebih membuat penyebaran informasi menjadi efisien. Efisiensi yang dimaksudkan di sini ialah penghematan dalam biaya, tenaga, pemikiran dan waktu. Misalnya, ketika kita ingin mempromosikan produk dari perusahaan kita, akan lebih efisien dan murah jika menggunakan media komunikasi seperti facebook, twitter dll.
- Memperkuat eksistensi informasi; dengan adanya media komunikasi yang hi-tech, kita dapat membuat informasi atau pesan lebih kuat berkesan terhadap audience/ komunikate.
- Mendidik, mengarahkan dan mempersuasi; media komunikasi yang berteknologi tinggi dapat lebih menarik audience. Sebagaimana kita pelajari pada bab sebelumnya tentang komunikasi persuasi maka hal yang menarik tentunya mempermudah komunikator dalam mempersuasi, mendidik dan mengarahkan karena adanya efek emosi positif.
- Menghibur/ entertain/ joyfull; media komunikasi berteknologi tinggi tentunya lebih menyenangkan (bagi yang familiar) dan dapat memberikan hiburan tersendiri bagi audience. Bahkan jika komunikasi itu bersifat hi-tech maka nilai jualnya pun akan semakin tinggi. Misalnya, presentasi seorang marketing akan lebih mempunyai nilai jual yang tinggi jika menggunakan media komunikasi hi-tech daripada presentasi yang hanya sekedar menggunakan metode konvensional.
- Kontrol sosial; media komunikasi yang berteknologi tinggi akan lebih mempunyai fungsi pengawasan terhadap kebijakan sosial. Seperti misalnya, informasi yang disampaikan melalui TV dan internet akan lebih mempunyai kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah sehingga pemerintah menjadi cepat tanggap terhadap dampak kebijakan tersebut.
1.4. Definisi Media Baru
New Media, mendefinisikan Media Baru sebagai produk teknologi
komunikasi dimedia masa mendatang bersama-sama dengan komputer
digital. Sebelum 1980-an media diandalkan terutama pada media cetak dan
analog seperti koran, bioskop televisi, dan radio. Sekarang kita punya
radio televisi, digital dan bioskop, sementara bahkan mesin cetak telah
diubah oleh teknologi digital yang baru seperti perangkat lunak
manipulasi gambar seperti Adobe Photoshop dan alat-alat desktop
publishing.
Media baru adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan
digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di
akhirabad ke-20. Sebagian besar teknologi yang digambarkan sebagai
“media baru” adalah digital, seringkali memiliki karakteristik dapat
dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, mampat, interaktif dan tidak
memihak. Beberapa contoh dapat Internet, website, komputer multimedia,
permainan komputer, CD-ROMS, dan DVD
Perkembangan teknologi komunikasi informasi harus diakui memberikan
paradigma baru yang mengubah keseluruhan cara pandang kita tentang
berbagai masalah dan persoalan yang ada di muka bumi ini. Perubahan
paradigma ini juga mempengaruhi media massa, termasuk harian ini.
Harus diakui kalau media baru dalam bentuk elektronik yang lalu
lalang di jaringan internet adalah sebuah media informasi masa depan.
Harus diakui juga kalau media baru ini memiliki footprint yang luar
biasa menjangkau berbagai lapisan pembaca dari berbagai kelas, dan akan
melampaui jumlah pembaca media tradisional.
Media baru ini adalah fenomena masa depan. Akan tetapi, sering kali
kita tidak pernah bisa mengerti esensi media baru ini bagi kehidupan
kita sehari-hari dan menjadikannya sebagai ajang “debat kusir” yang
berkepanjangan. Berikut adalah contoh-contoh media baru:
- Internet
- Televisi digital
- Digital Cinema
- Komputer (PC)
- DVD / CD
- MP3 Player
- Telepon selluler
- Video game,dll
1.5. Fenomena Facebook di Indonesia
Siapa yang tak kenal facebook? Sebuah aplikasi jejaring sosial yang
seolah menjadi candu bagi pengguna Internet di tanah air. Data dari
Google menunjukkan, di bulan Juli 2007 relatif tidak ada data pencarian
ke facebook. Namun di awal 2009, situs ini dikunjungi sebanyak 1,4 juta
orang per hari, dengan rata-rata waktu berkunjung 32 menit per
kunjungan. Sebuah angka yang fantastis untuk satu situs web.
Data-data lainnya:
- Pengunjung unik per bulan: 13 juta orang
- Jangkauan pengguna Internet: 43% (dari total 100% seluruh pengguna Internet dari Indonesia)
- Total kunjungan keseluruhan per bulan: 51 juta kunjungan
- Total halaman yang dibuka di facebook selama sebulan: 1.1 milyar halaman
Ini menempatkan facebook sebagai situs ketiga yang paling banyak dicari (versi google dan versi alexa).
Situs facebook dikembangkan dari prinsip jejaring sosial. Secara
definisi, jejaring sosial adalah struktur sosial yang dibangun atas node (bisa
berupa orang/individu maupun organisasi) yang terikat satu sama lain
dengan lebih dari satu model ikatan. Jenis-jenis ikatan tersebut
misalnya kesamaan nilai, visi, ide, kepentingan, finansial, pertemanan,
ketidak sukaan, konflik dan perdagangan. Semakin mudah jejaring tersebut
mengakomodasi individu atau kelompok membuat jejaring baru, semakin
mudah menarik node. Ada beberapa hal kenapa facebook bisa cukup fenomenal di Indonesia:
- Social Ignition
Secara budaya, Indonesia cenderung lebih sosial (dalam arti yang
literal) daripada di barat, tempat dimana situs seperti facebook (dan
friendster) dilahirkan. Sehingga kehadiran facebook lebih seperti ‘ignite’ dari
bentuk jejaring yang sudah ada. Jika Anda tinggal di daerah pedesaan,
adalah hal yang jamak kenal dengan seluruh orang di desa, bahkan yang
tinggal di lain desa. Sedangkan di kota, hal itu tidak lagi ditemukan.
Sehingga keberadaan situs seperti facebook dapat menyalakan kembali,
keinginan untuk merajut jaringan pertemanan.
- Memperluas titik kesamaan
Jika kenalan di desa atas dasar kewilayahan, maka di facebook dapat
membuat kenalan-kenalan baru berdasarkan kesamaan lain (seperti
sama-sama senang artis tertentu, hobi fotografi dan sebagainya).
- Menginformasikan kegiatan peer (rekanan/teman) tanpa diminta
Salah satu informasi favorit yang digemari di facebook adalah melihat
aliran aktifitas lengkap dengan komentar-komentar pribadi terhadapnya
(dan penggunapun bisa memberikan komentar langsung). Ini bisa membuat
seseorang yang tadinya merasa ‘alone against the world‘ menjadi ‘being part of something‘.
Karakteristik-karakteristik di atas, adalah pasar yang sangat baik bagi pemasar. Karena word of mouth
sangat cepat tersebar di jejaring sosial seperti ini. Entah itu berita
buruk, ataupun rekomendasi baik. Perlu dipelajari cara-cara yang jitu,
agar pemasar tidak terjebak pada anggapan ‘teman sebagai calon
pelanggan’, tapi tetap ‘teman adalah teman’, sehingga dapat membentuk loyalitas brand yang lebih baik.
Saat ini, internet telah merubah cara kerja dunia bisnis. Segmentasi yang bervariasi, targeting dan positioning ditujukan dengan cara yang berbeda. Pemasaran atau marketing
telah berevolusi pada keterhubungan, seiring dengan karakteristik baru
yang dibawa oleh internet. Sebelumnya, pemasaran hanya dilihat sebagai
satu arah, dimana perusahaan mempromosikan produk, dan memberi
penawaran. Namun saat ini, pemasaran lebih terlihat seperti percakapan
antara penjual dan konsumen. Internet membawa dunia menjadi lebih dekat,
seolah tidak ada jarak.
Internet telah sangat membantu manusia baik dalam komunikasi, maupun
dalam aktivitasnya sehari-hari. Demikian pula bagi perusahaan sebagai
produsen, dapat lebih mudah dan efisien dalam memasarkan produknya tanpa
harus mengeluarkan terlalu banyak biaya. Namun demikian, agensi
periklanan tidak dapat sepenuhnya mengandalkan teknologi internet,
terutama di Indonesia. Internet literacy atau tingkat melek internet di
Indonesia masih sangat sedikit. Berikut adalah statistik pengguna
internet di Indonesia per tahun 2007 – 2010:
Tahun | Pengguna | Populasi | Persentase |
2007 | 20.000.000 | 224.481.720 | 8,9% |
2008 | 25.000.000 | 237.512.355 | 10,5% |
2009 | 30.000.000 | 240.271.522 | 12,5% |
2010 | 30.000.000 | 242.968.342 | 12,3% |
Persentase yang bahkan belum mencapai 25% dari penduduk Indonesia
menjadi ‘PR’ bagi agensi periklanan untuk bisa menyampaikan pesan secara
efektif melalui berbagai media yang ada. Melalui IMC, agensi periklanan
dapat mempelajari bagaimana menyampaikan pesan secara konsisten,
menggunakan media yang berbeda, dan mampu menjangkau berbagai segmentasi
audiens atau pelanggan.
Dengan adanya internet, media sosial online, seperti Facebook atau
Twitter, sangatlah efisien jika digunakan untuk lebih dekat dengan
pelanggan. Kita bisa berkomunikasi dua arah secara lebih personal,
intensif dan hemat biaya. Pesan yang ditinggal pelanggan, dapat dijawab
satu-satu, tanpa harus real time (tidak seperti telepon bebas pulsa,
yang memang harus tersedia dan merespons langsung), dan dapat
dipersiapkan satu satu. Sifatnya pun dua arah, tidak perlu menunggu
pelanggan komplain, tapi dapat menyapa mereka terlebih dahulu, dan yang
pasti, hemat biaya, karena yang dibutuhkan cukup sambungan Internet
saja.
Mengumpulkan Pelanggan Melalui Media Sosial
Bagaimana memulainya? Tentu kita harus membuat account untuk
perusahaan. Di Facebook, bisa memanfaatkan facebook page, di mana kita
dapat meletakkan profile, mengirim catatan, foto-foto, atau membuka
forum diskusi. Setelah ini dibuat, undanglah pelanggan untuk menjadi
fans. Ini dapat dilakukan secara manual, dengan mencari satu-satu
pelanggan (untuk pelanggan premium dengan jumlah relatif sedikit), atau
bisa menggunakan social media ad untuk mengundang dan menjangkau mereka secara cepat.
Media sosial seperti facebook atau twitter lebih nyaman bagi
pelanggan. Tidak seperti website atau newsletter yang relatif satu arah,
media sosial memfasilitasi respons langsung, sehingga kontrol dari
pelanggan sendiri lebih kuat. Kenyamanan ini diharapkan dapat menjadi
perekat sehingga mereka selalu dekat dengan kita atau produk yang
ditawarkan.
Konsentrasi Membangun Komunitas
Pelanggan biasanya datang kembali ke jaringan sosial karena mereka
memperoleh informasi terbaru yang eksklusif. Jangan bombardir dengan hard selling,
tapi terus edukasi pelanggan dengan informasi-informasi baru. Kalaupun
harus melakukan aktivitas sales, usahakan untuk membuat promo khusus
yang memang tersedia khusus bagi Anggota komunitas. Dengan mengirimkan
informasi yang berkualitas, dan membantu akan menjamin kedatangan
kembali.
Aktivitas ini bisa juga didukung dengan kegiatan-kegiatan offline
jika memungkinkan. Ini memungkinkan antar pelanggan untuk membangun
komunikasi dan tukar pengalaman, sehingga hubungan akan bisa lebih erat.
Jika komunitas terlalu luas, atau produknya memang masal, kita bisa
pecah berdasarkan lokasi atau kesamaan demografi dan masukkan mereka
dalam komunitas yang tersendiri. Misalnya produk motor bebek, Anda bisa
memecahnya menjadi motor bebek modifikasi (berdasarkan minat), bebek
chapter kota (berdasarkan wilayah), atau bebek untuk ABG (berdasarkan
usia).
Gunakan Permainan Minat
Meskipun mereka semua menjadi follower kita, tapi bukan berarti
pelanggan punya minat dan kesukaan yang sama. Dengan sering mengeluarkan
promo di bidang tertentu, perusahaan akan memperoleh insight, apa yang
sebetulnya diinginkan oleh pelanggan kita. Mainkan ini secara lebih
reguler, untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap. Dari hasil Anda
bisa memperlakukan pelanggan secara lebih tepat.
1.6. Memasarkan Produk Melalui Media Baru
Terkadang sangat menjengkelkan saat membuka Facebook terdapat
bermacam-macam barang dagangan yang memenuhi wall kita. Seni memasarkan
produk di Facebook yang saya sering lihat adalah mengupload barang
jualannya dan men-tag ke relasi teman-teman yang bertujuan jika berminat
langsung dapat memesan. Ada juga memberikan message yang didalamnya
informasi tentang product yang dijual. Teknik semacam ini memang paling
mudah diterapkan, tetapi sangat menjengkelkan bagi sebagian orang.
Bagaimana menjual di Facebook dengan lebih elegan dalam mempromosikan
product-nya?
Memasarkan produk di Facebook yang elegan dengan mengintegrasikan
fasilitas gratis (free) untuk mempromosikan productnya. Seperti apakah
fasilitas gratis (free) tersebut ? Berikut fasilitas gratis media baru: RSSFeed dan Email Newsletter dari Google Feedbuner, Twitter, Flickr, MySpace, dan lain-lain.
Website:
Facebook:
Facebook Apps (New Teest):
Flickr:
Twitter:
RSS Feed dari Google Feedburner:
RSS Feed dari Google Feedburner:
MySpace:
Kesimpulan dari contoh seni memasarkan melalui media baru adalah:
- Mengoptimalkan dan mengintegrasikan informasi via website hingga social media (free) supaya product ada dimana-mana (hukum Google: menyebar).
- Meng-update dan me-maintenance social media tersebut untuk selalu tetap eksis, hal ini bertujuan agar pencarian dalam search engine dapat maksimal.
- Berkomunikasi dan berinteraksi antara brand dan konsumen untuk dapat memahami dan mengetahui insight dari perilaku konsumen terhadap product tersebut.
- Buatlah online campaign yang elegan dalam mengkomunikasikannya (menggabungkan unsur teknologi, art dan branding untuk pencapaian hasil maksimal)
- Selain mengoptimalkan fasilitas yang gratis ini dibutuhkan sumber daya manusia untuk selalu membuat program atau campaign yang selalu berubah agar tidak membosankan dan selalu menampilkan sesuatu yang baru (fresh). Sering sekali ditemukan campaign online dilakukan hanya per 3 bulan aktif dan selanjutnya tidak pernah ada lagi. Sedangkan investasi di online tidak diukur dengan bagusnya online campaign saja pada saat lauching, tetapi karena keberadaan yang menjadikan online branding semakin kuat.
1.7. Studi Kasus Skittles (Permen Warna-Warni) Menerapkan IMC Online
Berikut penerapan Integrated Marketing Communication (IMC) online,
yang dilakukan produk Skittles, permen warna warni. Adapun penerapannya
adalah :
Pertama, kita melakukan pencarian dengan menggunakan
Google search engine, dan ternyata penggunakan dengan kata kunci
’skittles’, wow banyak sekali terkoneksinya.
Kedua, kita memasuki official websitenya, seperti apakah gerangan?. Ternyata websitenyahanya single page, scroll down
Ketiga, kita memasuki wilayah social media:
Facebook. Didalam Facebook, Skittles membuat aplikasi yang engagement
walaupun hanya sebatas memfasilitasikan fitur comment, but it’s great!
selain iklan yang engagement, Skittles memaksimalkan fitur yang ada
di Facebook, yaitu Menu Discussion untuk mencari insight terhadap
product ini.
Keempat, kita mencari tahu apakah di YouTube product
Skittles ini ada? Aha, video yang ada di YouTube sama dengan yang ada
di Facebook Video, terkoneksi dengan baik.
Kelima, kita memasuki wilayah realtime update, yaitu Twitter. Skittles is there!, tetapi sepertinya kurang terupdate dengan baik.
Keenam, karena dimana-dimana terlihat banyak gambar.
Apakah gambar – gambar tersebut yang berhubungan dengan Skittles ada di
Flickr? Ternyata gambar-gambar ini selalu menggunakan nama file gambar
menggunakan kata ‘Skittles’.
Ketujuh, Skittles juga menggunakan Wikipedia sebagai informasi tentang productnya.
Diatas adalah beberapa contoh penggunaan IMC online yang dilakukan
oleh Skittles. Hal ini tidak luput dari pesan yang ingin disampaikan,
karena jika melihat secara keseluruhan, dari tone manner hingga
konsepnya terlihat jelas, rapi dan tersusun.
Selama mengamati kegiatan online setiap hari, akhirnya dapat
disimpulkan dan menjabarkan bagaimana membuat strategi Integrated
Marketing Communication (IMC) online secara teknis serta tips dan
tricknya. Dalam hal ini kami tidak menjabarkan bagaimana membuat
creative idea untuk kampanye brand online, tetapi menjelaskan secara
teknis bagaimana mewujudkan creative idea Anda kedalam kampanye online.
Strategi IMC online sama halnya dengan Strategi IMC offline, yang
mengkomunikasikan satu pesan dan diimplementasikan ke berbagai media
placement, tentunya disesuaikan dengan target market yang dituju.
Perbedaan antara offline dan online adalah bahwa berkampanye online
dapat berinteraksi satu dengan yang lainnya atau dalam bahasa yang
familiar-nya adalah Engagement. Walaupun pada offline hal ini pun sering
dilakukan oleh Public Relation (PR). Social media hanya sebuah tools
untuk memasuki social networking dengan gampang, tidak harus bekerja
keras untuk membangun komunitas. Melainkan komunitas tersebut sudah
terbangun, hanya tinggal bagaimana mengklasifikasikan needs and wants
komunitas tersebut berdasarkan behavior. Untuk lebih kenal dengan social
media, mari melanjuti penjelasan dibawah ini.
Social media tercipta dari kebutuhan untuk dapat berinteraksi satu
sama lainnya tanpa batas usia, waktu dan tempat dan selain itu dengan
didukung dengan teknologi yang terus berevolusi, maka terciptalah tools
yang memiliki fitur dan fungsi yang berbeda satu sama dengan lainnya.
Awal muasal hal ini terjadi dikarena kebutuhan akan berbagi, maka
terciptalah tools seperti; YouTube yang fokus pada video online, Flickr
yang fokus untuk menampung gambar, Slideshare yang dikhususkan untuk
presentasi online dan Rapidshare yang khusus untuk menampung segala
macam jenis file dalam ukuran yang besar ataupun kecil dalam
kapasitasnya dan juga tidak kalah pentingnya adalah blog.
Kehadiran blog menjadi sangat diminati, dikarenakan sangat mudah
mengoperasikannya dan juga tidak mengeluarkan biaya. Dengan blog ini
setiap orang dapat ‘berteriak’ mengutarakannya kedalam tools ini dari
berbagi tentang teknologi yang update hingga membicarakan gaya hidup.
Konsep ‘Share’ ini memberikan kesimpulan bahwa tools yang telah
disebutkan tadi merupakan suatu fasilitas yang dapat memberikan ruang
bagi setiap orang untuk dapat memberikan dan menerima ilmu pengetahuan
dalam bentuk apapun dalam dunia online.
Kata kunci ’share’ ini akhirnya berevolusi menjadi ‘Engagement’,
tidak hanya berbagi saja, tetapi setiap orang dapat berinteraksi satu
dengan yang lainnya. Terbuka tanpa harus ditutupi, baik buruk akan
terlihat secara telanjang dan akan dinilai secara langsung oleh
siapapun. Hal ini yang harus diperhatikan dampak baik dan buruknya bagi
pemilik brand, keberadaan suatu brand didalam dunia online sangatlah
sensitif. Jika tidak peka, maka keberadaan brand di online akan hilang
dengan cepat ataupun terpuruk. Jika peka, maka akan menjadi buah bibir
yang baik dan menimbulkan buzz yang positif yang tersebar dalam hitungan
detik terhadap brand tersebut.
Dengan Engagement ini, terciptalah tools yang dapat mewujudkan
revolusi tersebut pada dunia online. Facebook dan Twitter adalah hasil
akhir dari revolusi ‘Engagement’ ini yang mempunyai komunitas paling
banyak diminati diseluruh dunia. Walaupun tools ini bukan merupakan
pioner pada social media, tetapi keberadaannya dapat merubah behavior
manusia.
1.8. Media Sosial bagi Pemilik Merk
Kebangkitan media sosial online seperti friendster, facebook, twitter
dll, tentu tak lepas dari pantauan pemilik merk. Mereka sangat peduli,
namun memanfatkannya dengan pendekatan konvensional. Cukup pasang banner
atau iklan. Pada saat ingin mengelaborasi secara penuh, ada semacam
kebingungan tentang bagaimana media sosial itu bisa cocok dengan
marketing sebuah merk.
Menurut Tom Smith dari Trendstream.net ada beberapa hal mengapa
pemilik merk sedikit kesulitan dalam pemanfaatan sosial media sebagai
alat marketing. Di antaranya adalah:
- 1. Media Sosial sering dipandang sebagai kanal marketing
Padahal dalam kenyataannya lebih dari itu. Kemampuan media sosial
yang bersifat seperti virus, dapat digunakan untuk berinteraksi dengan
pelanggan dengan pendekatan yang sama sekali berbeda. Tidak hanya searah
dari pemilik merek ke pelanggan, tapi banyak arah (multi channel). Dari
pelanggan ke pelanggan lainnya. Dari pelanggan ke pemilik merk. Dan
dari pemilik merk ke pelanggan.
- 2. Media sosial tidak masuk dalam struktur saat ini
Saat ingin mengelaborasi media sosial, siapa yang sebetulnya paling
kompeten. Apakah bidang hubungan kemasyarakatan (public relations)?
Apakah dari sales? Atau dari marcomm (marketing communication)? Ini
memaksa mereka melakukan strategi yang holistik agar bisa masuk dengan
baik.
- 3. Komunitas dan kontennya global
Pengguna media sosial, berhubungan dan mengonsumsi informasi yang
bersifat global. Mereka tidak terlalu peduli dengan batasan negara.
Sedangkan marketing secara umum hanya menentukan target secara nasional
atau regional. Hanya sedikit yang memiliki perspektif global.
- 4. Media sosial membutuhkan pendekatan jangka panjang
Untuk membangun komunitas, mendistribusikan materi, atau meminta
masyarakat secara aktif terlibat seringkali memakan waktu. Marketing
hanya punya waktu sedikit, ada target jangka pendek yang harus dicapai.
- 5. Tidak ada jaminan hasil
Anda bisa pasang iklan, dan itu dijamin akan jalan. Anda bisa
berpatokan pada angka-angka seperti readership (tingkat baca), page
views (berapa kali halaman tersebut ditampilkan), dan Anda bisa
mengoptimalkannya hingga target tercapai. Ini disebut push medium. Media sosial lebih bersifat pull medium.
Anda harus menarik mereka, dan tergantung mereka mau mengambil atau
tidak. Tergantung kreativitas, membuat pemanfaatan jejaring ini menjadi
lebih sulit.
- 6. Metrik yang digunakan sama sekali baru
Perusahaan selalu berpatokan pada angka-angka yang fantastis jika
menyangkut iklan. Iklan dihitung dari jumlah eksposur. Sedangkan media
sosial tergantung pada intensitas sosial, seperti berapa jumlah rekanan
yang tergabung, berapa jumlah jaringan yang tersambung, berapa
komunikasi yang terbuat dan seterusnya.
Beberapa paradigma memang perlu diubah, agar media sosial ini dapat
termanfaatkan dengan baik sebagai media marketing. Apalagi kondisi
ekonomi yang sulit, keuangan yang menipis, terus memaksa marketer untuk
lebih kreatif dalam menjangkau pelanggan.
1.9. Kendala Integreted Marketing Communication di Media Sosial
Melakukan pemasaran terpadu di jejaring sosial ternyata masih
menyimpan kendala bagi agency dan marketer di Amerika. Berdasarkan jajak
pendapat yang dilakukan e-marketer,
kebingungan darimana untuk mulai ternyata masih menjadi kendala yang
paling besar. Padahal pengguna Facebook, hingga tulisan ini dibuat
(september 2009) hampir mencapai 9.7 juta dengan rata-rata pendaftar
baru 70 ribu orang per hari. Apa yang salah?
Selain tidak tahu darimana memulai, para marketer dan agency juga
belum menemukan formula bagaimana mengukur efektivitas iklan di sebuah
jejaring sosial. Padahal, secara teknis ada banyak cara untuk
mengukurnya. Sebelum kita bahas kedua isu di atas, kita lihat daftar
lengkapnya, apa saja yang menjadi kendala bagi marketer maupun agency
untuk beriklan di jejaring sosial seperti facebook. Presentase dari
jawaban ini untuk M (marketer/pemilik merk) dan A(agency/planner)
- Tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang jejaring sosial sehingga tidak tahu dari mana harus memulai (M:37%, A:31%)
- Belum ketemu cara yang efektif untuk mengukur efektivitas jejaring sosial (M:37%, A:38%)
- Tidak ada dana untuk jejaring sosial di budget (M:26%, A:24%)
- Tidak punya waktu untuk investasi memulai marketing di jejaring sosial sekarang (M:25%, A:17%)
- Belum ada strategi yang teruji bagi media sosial (M:19%, A:31%)
- Halangan legalitas untuk melakukan jenis marketing di jejaring sosial (M:15%, A:9%)
- Jejaring sosial tidak terlihat digunakan secara baik oleh karyawan (M:7%, A:10%)
- Lainnya (M:9%, A:9%)
- Tidak ada kendala (M:18%, A:21%)
Belum Ketemu Cara Mengukur Efektifitas Marketing di Jejaring Sosial
Pada dasarnya, apa yang bisa diukur pada media konvensional, dapat
pula di ukur pada media Internet (termasuk jejaring sosial). Misalnya
jika pada televisi menghitungnya berdasarkan rating, maka di Internet
juga ada click through rate (CTR), unique visitors, unique views
dan sebagainya. Bahkan dengan bantuan teknologi bisa dibuat alat ukur
yang lebih komprehensif. Selain itu juga beberapa parameter yang tidak
lazim, namun cukup masuk akal bisa juga dimasukkan seperti social
intensity (berapa network terbentuk, berapa komentar, apakah menjadi
trending topics dan seterusnya).
Literature:
Joseph Turow (2009). Media Today : An Introduction To Mass Communications. 3rd Edition – Part Five : Advertising and Public Relations
Kotler P & Amstrong G., “Principle of Marketing”, 10th edition / International Edition, Prentice Hall, New Jersey, 2004.
M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi – Fakultas Psikologi Unair 2010
M. Ghojali Bagus A.P., S.Psi. Buku Ajar Psikologi Komunikasi – Fakultas Psikologi Unair 2010
Referensi :
NN. Indonesia Internet Usage, Broadband and Telecommunication Report. (2010). Disadur dari: http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm
NN. Integrated Marketing Communiction. (2011). Disadur dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Integrated_marketing_communications
Just
Thanks For :
Semoga
bermanfaat. . .
Silahkan
kunjungi blog Gallery Foto saya, dengan link dibawah ini :
Best Regard,
Shandry Fadlyka