Dikotakkatik [Video Editing][Photograph][News][Kuliah]: EYD Bahasa Indonesia Topik,Tema dan Kerangka Karangan (Broadcast)

Pages

::[Copyrights]::

::[Let's Chekidot]::

Thursday, July 5, 2012

EYD Bahasa Indonesia Topik,Tema dan Kerangka Karangan (Broadcast)

'EYD' Topik,Tema dan Kerangka Karangan



Topik:    EJAAN YANG DISEMPURNAKAN   (EYD)

Pengantar:  Ejaan adalah seluruh sistem dan peraturan  mengenai cara-cara penulisan bunyi bahasa,  atau bunyi ujaran, pemisahan, serta penggabungan dalam bahasa.  Dengan demikian terciptalah keseragaman, sehingga memampukan seseorang dalam mengaplikasi  ejaan, atau Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) sebagai syarat utama dalam berbahasa tulisan. Secara teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata dan kalimat serta pemakaian tanda-tanda baca  yang baku.

      Ejaan dalam bahasa adalah kaidah yang harus dipatuhi oleh para pemakai bahasa demi menjamin keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam menggunakan bahasa tulis. Keteraturan dan keseragaman bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna dalam berkomunikasi. Ibarat mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu-rambu petunjuk arah dan aturan menggunakan jalan, sehingga akan tercipta lalu lintas yang teratur dan tertib.  
Ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sekarang sebagai EYD mulai dipakai secara resmi pada tanggal 16 Agustus 1972 serta disampaikan melalui pidato kenegaraan Presiden Soeharto waktu itu.
      EYD ini merupakan Ejaan yang ketiga berlaku dalam sejarah dan perkembangan bahasa Indonesia. EYD merupakan penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah digunakan selama dua puluh lima tahun, dan dikenal sebagai Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi yang pada saat itu menjabat Menteri PP dan K Republik Indonesia.

Pada Tabel di bawah ini kita bisa membedakan ketiga Ejaan tersebut.

Ejaan Van Ophuijsen   Ejaan Republik/Ejaan Soewandi    EYD
(1901-1947)                        (1947-1972)                                                 mulai 16 Agustus 1972
choesoes                               chusus                                                              khusus 
Djoem’at                              Djum’at                                                           Jumat
ja’ni                                      jakni                                                                 yakni
pajoeng                                pajung                                                              payung
tjoetjoe                                 tjutju                                                                cucu
soenji                                    sunji                                                                 sunyi


Ruang Lingkup Ejaan yang Disempurnakan       

Ruang lingkup EYD menurut pakar bahasa Indonesia Lamuddin Finoza meliputi lima aspek, yakni: aspek pemakaian huruf, aspek penulisan huruf, aspek penulisan kata, penulisan unsur serapan dan penulisan tanda baca.

1.      Aspek pemakaian huruf membahas masalah yang mendasar mengenai satu bahasa, yakni: masalah abjad, masalah vokal, konsonan, masalah pemenggalan kata-kalimat dan nama diri.
2.      Sedangkan masalah penulisan huruf mencakup bahasan beberapa perubahan huruf tentang ejaan sebelumnya yang mencakup: huruf kapital dan huruf miring.
3.      Sedangkan soal penulisan kata mencakup bidang morfologi dalam semua bentuk dan jenisnya yakni:
Kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti kau, mu, dan nya, kata depan di, ke dan dari, kata sandang si dan sang, partikel, singkatan dan akronim, terakhir angka dan lambang bilangan.  

Penulisan Unsur Serapan membahas kaidah cara menulis unsur serapan, membahas kaidah cara menulis unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.
 Pamakaian tanda baca (pungtuasi) membahas teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan kosakata yang berasal dari bahasa asing.

Penggunaan tanda baca (pungtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan dengan kaidahnya masing-masing.
 Tanda baca itu masing-masing:

1.      tanda titik  (.)                             9.  tanda seru  (!) 
2.      tanda koma (,)                           10. tanda kurung  ( (…..) )
                                                   11 tanda kurung siku ([    ])     

3.      tanda titik koma (;)                      12 tanda petik ganda (“….”)
4.      tanda titik dua (:)                         13 tanda petik tunggal (‘….’)
5.      tanda hubung   (-)                         14 tanda garis miring  (/)
6.      tanda pisah      (_)                         15 tanda penyingkat    (‘)
7.      tanda elipsis    (….)
8.      tanda tanya (?)




Pemakaian Huruf
Abjad, vokal dan konsonan

Abjad bahasa Indonesia menggunakan sebanyak 26 huruf (termasuk lafalnya) seperti berikut:

Huruf        Lafal      Huruf    Lafal     Huruf     Lafal

Aa                  a           Jj            je           S s            es
B b                 be         K k          ka          T t             te
C c                 ce          Ll            el           U u            u
D d                 de         M m        em          V v           ve
E e                  e           H n          en          W w          we
F f                   ef         O o           o            X x           eks
G g                  ge        P p            pe          Y y            ye
H h                  ha        Q q           ki           Z z             zet
I i                      i         Rr-er

Dalam abjad bahasa Indonesia terdapat sebanyak lima huruf vokal atau V, yaitu a,e, i, o dan u, sedangkan sisanya yakni 21 huruf adalah huruf konsonan (k). Selain ke-26 huruf tersebut dalam bahasa Indonesia juga terdapat sebanyak empat gabungan konsonan yakni:

   ng yang ada dalam kata  ngarai dan lapang
   ny yang ada  dalam kata nyaman-nyata dan anyam
   kh  dalam kata   khasanah, khatulistiwa, khalik dan akhir
   sy    dalam kata syair, asyik-masyuk, masyhur (dan syahdan)

Setiap pasangan kata ini merupakan satu fonem atau satu bunyi, jadi kesimpulannya kh, ny, ng dan sy dihitung satu konsonan.  


1.      Pengertian Ejaan
Ejaan meliputi hal-hal berikut:
a.       Lambang fonem disertai huruf-hurufnya atau tanda bunyi.
b.      Cara menulis satuan-satuan bentuk kata. Misalnya  cara menulis kata dasar, kata turunan, kata ganti, bentuk ulang dan kata majemuk.
c.       Cara menulis kalimat, bagian-bagiannya, dan penggunaan tanda baca,
Bahasa Indonesia sebelumnya mengenal Ejaan van Ophuijsen kemudian Ejaan Suwandi  dan terakhir Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). (1901-1947 dan 1972)
Ejaan van Ophuijsen dimulai ketika dia bersama Engku Nawawi Gelar Soetan Makmoer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim  merancang ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Karateritik Ejaan Ophujien misalnya  memakai
1.       huruf J dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah dan sajang.
Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata  goeroe, ioe dan oemoer.

2.      Tanda diakritik seperti koma, ain dan tanda trema dipakai untuk menuliskan kata-kata
ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, serta dinamai’.

2.      Macam Ejaan
Terdapat dua macam ejaan, yakni ejaan fonetis dan ejaan fonemis.

a.      Ejaan fonetis  ialah ejaan yang pada galibnya menyatakan setiap bunyi bahasa (fonem) dengan lambang atau huruf. Hal ini dilakukan dengan mengukur dan mencatat  dengan alat pengukur bunyi bahasa. Dalam ejaan fonetis (menurut buku EYD Plus) jumlah lambang yang diperlukan cukup banyak.
b.      Ejaan fonemis ialah ejaan yang pada galibnya menyatakan setiap fonem dengan satu lambang atau satu huruf. Dalam ejaan fonemis jumlah lambang yang dibutuhkan tidak seberapa banyak. Dalam bahasa Indonesia, ejaan yang digunakan ialah ejaan fonetis. Namun, masih ada beberapa fonem yang dilambangkan dengan dua tanda. Contoh: (ng, ny, kh, sy). Sebaliknya, ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda. Contoh: e  (pepet): makan apel, Perang Dunia Pertama) dan e (taling: apel bendera, rambut perang).

3.      Ejaan yang (pernah) Ada dan Berlaku di Indonesia
a.      Ejaan van Ophuijsen
Ejaan Van Ophuijsen ialah ejaan bahasa Melayu yang diciptakan oleh Ch. A. Van Ophuijsen bersama dengan Engku Nawawi gelar Sutan Makmur dan Muhammad Taib Sutan Ibrahim pada tahun 1901. Ejaan yang tertulis dalam Kitab Logat Melayu. Ejaan ini terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahun dan mendapatkan bentuk yang tetap pada tahun 1926. Dengan pembakuan ejaan tersebut maka kedudukan bahasa Melayu bertambah kuat untuk menjadi dasar pembentukan bahasa Indonesia. Pada tahun 1928 tatkala berlangsung Sumpah Pemuda bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Ejaan Van Ophujisen berlaku hingga tahun 1947.

Kepustakaan:
1.      Arifin Zaenal E. dan Tazai Amran S. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta 2009.
2.      Sugono Dendy, Berbahasa Indonesia dengan Benar, Puspa Sawara, Jakarta, 1994.
3.      EYD Plus, Limas Jakarta, 2007.

Topik: MASALAH EJAAN (II-Lanjutan)
Pendahuluan: Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bahasa Indonesia mengalami beberapa masa atau sejarah ejaan-pelafalan. Pertama, Ejaan Van Ophuysen, yang diprakarsai oleh ahli bahasa berkebangsaan Belanda yakni, Ch. A. Van Ophuysen. Dia menciptakan ejaan bahasa Melayu bersama Engku Nawai gelar  Sutan Makmur dan Muhammad Taib Sutan Ibrahim pada tahun 1901.

I Ejaan Van Ophuysen
    Ejaan Van Ophuysen ini berlaku hingga tahun 1947, dan sebelumnya terbakukan juga pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Ejaan ini mengalami perbaikan terus menerus dari tahun ke tahun. Berkat pembakuan ejaan ini, kedudukan bahasa Melayu menguat sebagai dasar pembentukan bahasa Indonesia.  Pakar bahasa Widjono Hs maupun buku bahasa terbitan LIMAS menyatakan, bahwa: Ejaan adalah seluruh sistem dan pengaturan penulisan bunyi bahasa demi terciptanya keseragaman dalam pemakaian, terutama dalam bahasa tertulis. Ejaan bahasa meliputi hal-hal berikut.

1.      Lambang fonem disertai dengan huruf-hurufnya (tata bunyi).
2.      Cara menulis berbagai satuan bentuk kata. Misalnya, cara menulis kata dasar, kata turunan, kata depan, kata ganti, bentuk ulang, dan kata majemuk.
3.      Cara menulis kalimat, bagian-bagiannya, dan penggunaan tanda baca.


A.    Berbagai macam Ejaan
1.      Ejaan fonetis adalah ejaan yang berupaya untuk menyatakan setiap fonem (bunyi bahasa) dengan lambang atau huruf. Hal ini dilakukan dengan mengukur serta mencatat memakai alat pengukur bunyi bahasa. Dalam ejaan fonetis jumlah lambang cukup banyak.
2.      Ejaan Fonemis, yakni ejaan yang bertujuan menyatakan setiap fonem dengan satu lambang atau satu huruf.  
Ada beberapa catatan mengenai Ejaan Van Ophuysen:
1.      Huruf u ditulis oe
2.      Apostrof atau koma hamzah () menggantikan huruf (k) pada akhir kata. Contoh: bapak dan tak ditulis bapa’ dan ta’.
3.      Kata yang berakhir dengan huruf a mendapat akhiran I dan di atas akhiran itu diberi tanda trema atau [“].
4.      Huruf e berlafal keras diberi tanda [‘]. Contoh: emak ditulis ema’.
5.      Kata ulang seluruhnya boleh menggunakan angka [2]. Sebaliknya kata ulang bukan seluruhnya menggunakan tanda [-]. Contohnya: orang2 atau orang-orang dan mobil-mobilan.
6.      Kata majemuk ditulis dengan tiga cara.
a.       Dirangkai menjadi satu kata. Contoh: saputangan, hulubalang, apabila, dan matahari.
b.      Ditulis menggunakan tanda hubung. Contoh: rumah-sakit, batoe-bara, anak-negeri.
c.       Ditulis terpisah. Contoh: rumah sakit, batu bara, anak negeri.

II  EJAAN REPUBLIK atau EJAAN SOEWANDI

Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi  merupakan system ejaan  Latin untuk bahsa Indonesia setelah periode Indonesia merdeka. Ejaan itu dimulai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi, No. 264/Bhg A tanggal 19 Maret 1947. Karena ketetapan ejaan tersebut dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Soewandi, maka ejaan itu disebut Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik.
     Pada dasarnya hakikat Ejaan Soewandi dengan Ejaan Van Ophuyen sama, meskipun ada beberapa perbedaan.
1.      Huruf  (oe) diubah menjadi huruf (u).
2.      Tanda trema pada huruf a dan I dihilangkan.
3.      Koma hamzah () diganti dengan (k). Contoh: bapa’, kata’, la’nat, diganti dengan bapak, katak dan laknat.
4.      Huruf e keras dan e lemah ditulis tanpa tanda. Contoh: seekor, seenaknja, seember.
5.      Penulisan kata ulang dengan dua cara: Contoh: a. berlari-larian. B. berlari2-an.
6.      Penulisan kata majemuk dengan tiga cara.
a.       Kedua kata diulis terpisah. Contoh: tata bahasa, tata laksana, dan tata tertib.
b.      Kedua kata dituliskan serangkai. Contoh: tahabahasa, tatalaksana dan tatatertib.
7.      Kata asal bahasa asing yang tanpa e pepet dan e lemah, ditulis tidak dengan e lemah. Contoh: praktik, bukan peraktik, traktor bukan teraktor, putra bukan putera, dan istri bukan isteri.
III   EJAAN MALINDO
Malindo adalah singkatan dari Melayu dan Indonesia. Ejaan Malindo ialah ejaan yang dihasilkan dari perumusan ejaan Melayu dan Indonesia. Perumusan diawali dari Kongres II Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatra Utara. Baru pada tahun 1959 Ejaan Malindo selesai dirumuskan. Ejaan ini belum sempat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena pada masa itu terjadi permsuhan antara Indonesia dengan Malaysia.
IV  Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan  yang disempurnakan atau disingkat EYD atau Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ialah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya. EYD`diresmikan oleh Presiden Soeharto dalam pidato kenegaraan 16 Agustus 1972  di depan DPR/MPR dalam rangka memperingati HUT ke-27 Kemerdekaan Republik Indonesia. Pengukuhannya dilakukan dengan Surat Keputusan Presiden No. 57 Tahun 1972.
Dengan demikian EYD mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1972. EYD dirumuskan oleh Panitia Ejaan Bahasa Indonesia yang  dibentuk pada tahun 1966. Tujuan pemberlakuan EYD ialah untuk menyeragamkan penulisan bahasa Indonesia ke arah pembakuan ejaan.

EYD  mengatur:
1.      Pemakaian huruf.
2.      Pemakaian huruf kapital dan huruf miring.
3.      Penulisan kata
4.      Penulisan unsur serapan dan
5.      Pemakaian tanda baca.


EYD berisi tentang:
1.      Huruf (j, dj, nj, ech, tj, dan sj) dalam Ejaan Soewandi ditulis menjadi huruf (y, j. ny, kh, c, dan sy). 


Contoh:
Ejaan Soewandi                               Ejaan Yang Disempurnakan
jajasan                  menjadi                 yayasan
djuga                     menjadi                 juga
njonja                   menjadi                   nyonya
chusus                  menjadi                   khusus
tjutji                      menjadi                  cuci
sjiar                      menjadi                   syiar

2.      Kata ulang  ditulis hanya dengan tanda hubung  (-)
Contoh:
Ejaan sebelumnya                       Ejaan Yang Disempurnakan

rumah2                   menjadi        rumah-rumah
se-kali2                   menjadi        sekali-kali
mobil2an                menjadi         mobil-mobilan
3.      Kata majemuk ditulis terpisah (tidak perlu tanda hubung)
Contoh:

Ejaan sebelumnya                        Ejaan Yang Disempurnakan
tata-buku               menjadi           tata buku
duta-besar             menjadi            duta besar
rumah-sakit           menjadi            rumah sakit
luar-biasa               menjadi            luar biasa
sayur-mayur          menjadi            sayur mayor

4.      Gabungan kata yang dianggap senyawa ditulis serangkai
Contoh:
saputangan         matahari
akhirulkalam      sepakbola
hulubalang          bulutangkis

Kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh: kumau, bukumu, kautulis, dan rumahnya.


5.      Kata depan di dan ke ditulis terpisah
Contoh:

di sini          bukan        disini
di sana         bukan        disana
di Klaten      bukan        diKlaten
ke sini          bukan        kesini
ke sana          bukan     kesana
ke atas           bukan     keatas
ke bawah       bukan     kebawah

6.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Sebaliknya kata pun yang sudah padu ditulis serangkai (adapun, ataupun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun)
Contoh: Siapa pun harus menghormati orang tua.
Apa pun yang terjadi akan aku hadapi.

Adapun yang diperlukan sekarang ialah selimut dan makanan.
Bagaimanapun sulitnya, soal itu harus aku kerjakan
Walaupun berbeda-beda, tetapi tetap satu.         

7.      Sedangkan kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

 Contoh:

Si kerinting (bukan Sikeriting) sudah dating.
Si jago (bukan Sijago) merah mengamuk lagi.
Dia dipanggil Sang Pencipta (bukan Sangpencipta)

8.      Partikel per yang berarti tiap-tiao ditulis terpisah.
Contoh:
Per lembar (bukan perlembar) seratus rupiah.
Enam orang per hari (bukan perhari)
Harga per kilonya (bukan perkilonya) Rp 100.



TOPIK, TEMA DAN KERANGKA KARANGAN
 (bagian pertama)
Seseorang yang akan mengarang, tentu yang pertama-tama dilakukannya adalah menentukan tema, kemudian menentukan topik. Tema biasanya dianggap sebagai sesuatu yang paling utama dan istimewa dalam mengarang. Sedangkan topik dianggap masalah kedua yang tidak sepenting tema. Maka itu, tema menjadi hal yang paling mengemuka, sementara topik menjadi hal yang berikutnya.
   Meskipun demikian kebanyakan orang akan merasa rancu, karena apakah tema atau topik yang lebih penting. Kedua prinsip ini ibarat ayam dan telur, manakah yang harus didahulukan, apakah tema atau topik. Maka itu janganlah mengistimewakan masalah “tema” sebagai langkah awal dalam mengarang dan sebaliknya juga janganlah mengistimewakan “topik” sebagai langkah awal dalam mengarang. Keduanya menjadi hal penting dalam menulis karangan.
    Jadi dalam menyiapkan suatu karangan, tema bisa menjadi awal pertimbangan penulis, sementara topik menjadi ulasan pokok yang menguraikan segala sesuatu tentang tema yang telah ditetapkan. Menurut beberapa ahli bahasa, sebaiknya menentukan topik sebagai tonggak awal dalam menyusun karangan.
 Dalam memulai penulisan mungkin saja orang tersandung dengan pemikiran tentang tema. Pada galibnya tema merupakan makro pokok dari penulisan, Sedangkan topik adalah bahasan intinya-bisa disebut sebagai mikro bahasan karangan.

Tema Singkat dan Tema Panjang
  Ada tema yang intinya singkat dan ada tema yang panjang bisa berupa satu kalimat pendek.
Tema singkat misalnya tentang “Kasih Sayang” atau  “Perjuangan”, “Pengabdian”, “Menggalang Persatuan”, “Perseteruan” dan seterusnya. Sedangkan tema yang panjang misalnya: “Perjuangan Merupakan Hakikat Kehidupan” atau “Belajar adalah Cara Menimba Pengetahuan”, atau “Sulitnya Mencari Nafkah di Negeri Orang”.
Terkadang seorang penulis akan menemui kesulitan, ketika dia berupaya membuat karangan yang  mempunya tema yang bersifat umum atau abstrak. Sebaliknya bila menentukan tema yang singkat pun terkadang sulit, karena penulis belum memiliki ide yang dapat ditelusuri pemaparannya.
   Pada umumnya tema itu lebih abstrak dari topik, (Lamuddin Finoza: Komposisi Bahasa Indonesia: 2006-2007, Halaman 194). Para ahli mengatakan kemungkin lebih mudah menentukan tema dalam karangan yang bersifat sastra yang biasanya lebih mengandalkan imajinasi atau perenungan.  Berbeda dengan karangan ilmiah yang sifatnya lebih realistis, konkret atau faktual isinya, sehingga akan sulit bagi pengarang untuk segera menetapkan temanya.
   Penulisan tema dalam penulisan demikian akan lebih panjang bisa berupa satu kalimat. Jadi merumuskan temanya dalam satu kalimat. Sedangkan untuk suatu ide yang lebih besar, temanya bisa dituliskan dalam bentuk satu alinea, asalkan idenya itu tunggal atau utuh dan bulat. Untuk menuliskan tema dalam kalimat tentu sering menyulitkan.
Contoh tema lain yang pendek: Kuat Iman, Giat Belajar,  Tangguh, Mengalah, Pejuang.
Tema yang panjang:       Hidup Manusia Selalu Penuh Perjuangan,
                                   Janganlah Menganggap Enteng Lawan
                                   Bijak-bijaklah di Rantau Orang
                                   Mengenang Para Pahlawan yang Berjasa bagi Negara dan Bangsa. Mencintai Lingkungan Demi Pelestarian Alam

   Mencintai Lingkungan Demi Pelestarian Alam
Tentang Topik dan Judul
Topik berarti pokok permasalahan, pokok permbicaraan, inti perundingan atau masalah yang dibicarakan. Topik karangan adalah sesuatu masalah yang akan dibahas menjadi suatu karangan.
     Topik karangan merupakan jawaban atas pernyataan tentang Masalah apa yang akan ditulis? Atau akan menulis tentang apa? Dalam mengarang seseorang akan menentukan terdahulu apa yang akan menjadi topik pembahasannya. Banyak masalah di sekitar kita yang bisa diangkat menjadi topik karangan. Misalnya:  pengangguran, kemacetan ibukota,  pencemaran lingkungan, kenakalan remaja, kejahatan perbankan, pendangkalan sungai, dan lainnya.
Ada orang yang menuliskan terlebih dahulu masalahnya, kemudian baru menuliskan atau mempertimbangkan judulnya yang tepat. Namun dalam kebiasaan mengarang, biasanya tema dan topik sudah dirumuskan terlebih dahulu.

Setelah menentukan topik “pengangguran” dan “kemacetan ibukota”, maka penulis dapat mengajukan judul-judul karangannya.

1.      Pengangguran
a.       Industri Menambah  Kesempatan Kerja
b.      Perbanyak Peluang Kerja
c.       Kursus Keterampilan Penting
d.      Penyebaran Pembangunan Penting
e.       Strategi Peningkatan Keterampilan
f.       Mencegah Urbanisasi
g.      Perbanyak Sektor Primer
2, Kemacetan:  a.   “Jakarta Macet Pagi dan Petang”
                         b.    “Jumlah Kendaraan Melampaui Panjang Jalan”
                         c.   “Perlu Disiplin  Berlalu Lintas”
                        d.  “Membangun Underpass dan Flyover”
                         e.    “Membangun  Jalan Bersusun”

KERANGKA atau Outline Karangan
Kerangka karangan merupakan faktor  penting, karena merupakan rancangan yang baku untuk penulis dalam menyusun dan membagi-bagi gagasannya. Fungsi utama kerangka karangan, adalah untuk menetapkan hubungan antara gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh pengarang/penulis.
   Dengan kerangka karangan, pengarang dapat menelusuri kekuatan dan kelemahan dalam menyusun tulisannya. Melalui cara ini pengarang dapat melakukan berbagai penyesuaian  sebelum menulis. Dalam desain bangunan fisik misalnya, seorang arsitek atau perancang bangunan dapat menyusun blue print-cetak biru pembangunan gedung tersebut.
Kerangka  karangan meliputi rencana kerja dalam menyusun karangan. Kerangka akan menuntun pengarang untuk menggarap karangan secara teratur dan sistematis. Kerangka karangan dapat membantu pengarang membedakan ide utama dan ide-ide tambahan.
     Kerangka karangan dapat mengalami perubahan, sehingga penulisan bisa mencapai bentuknya yang lebih sempurna. Kerangka dapat berbentuk catatan-catatan sederhana ataupun catatan yang terinci. Kerangka karangan yang belum final bisa disebut sebagai rancangan, atau outline yang sementara. Kalau sudah tersusun rapi, maka bisa disebut sebagai outline final yang sudah sempurna.
   Dalam proses menyusun karangan ada pentahapan, yakni memilih topic, menghimpun informasi, menyusun gagasan, lalu menulis karangan. Penyusunan gagasan inilah yang bisa diumpamakan sebagai kerangka. Jadi di dalam kerangka dapat disusun strategi penempatan ide  dan gagasan.
Rincian kerangka karangan dapat membantu penulis untuk hal-hal berikut:
1.      Mempermudah penulis menyusun karangan serta membantu penulis untuk tidak mengulang suatu ide hingga dua kali, serta memandu pengarang agar tidak menyimpang dari sasaran yang sudah ditetapkan.
2.      Membantu penulis atau pengarang mengatur dan menempatkan berbagai klimaks dalam karangannya.
3.      Dengan kerangka yang tersusun rapi, maka sebenarnya separoh karangan sudah “terselesaikan”, karena smeua ide sudah terkumpul, terinci, dan diruntun secara teratur. Pengarang tinggal menyusun kalimat-kalimatnya saja untuk menegaskan gagasan dan idenya.
4.      Kerangka karangan adalah miniature seluruh karangan. Melalui kerangka karangan, pembaca dapat memahami intisari ide serta struktur karangan.


Bentuk Kerangka Karangan

Ada dua macam kerangka karangan, yakni kerangka topik dan kerangka kalimat. Dalam praktiknya kerangka topik yang lebih banyak digunakan. Kerangka topik terdiri atas kata, frasa dan klausa yang didahului oleh tanda-tanda yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir (titik) tidak diperlukan karena tidak digunakannya kalimat lengkap.

        Kerangka kalimat lebih bersifat resmi, yakni merupakan kalimat lengkap.      Pemakaian kelimat lengkap menunjukkan diperlukannya pemikiran yang lebih luas ketimbang yang dituntut dalam kerangka topik. Tanda baca titik perlu pada akhir setiap kalimat yang dignnakan untuk menuliskan judul bab dan sub-bab. Kerangka kalimat banyak digunakan pada proses awal penyusunan outline. Bila outline selesai maka kerangka kalimat dapat dipadatkan menjadi kerangka topik, demi kepraktisan. Jadi, kerangka dapat saja berbentuk gabungan kerangka kalimat dan kerangka topik.
       Meskipun penggunaan kerangka topik lebih dominan, tidaklah pantang untuk dicampur dengan kerangka kalimat, dalam menuliskan judul-judul bab.      
Kerangka dapat dibuat dengan sistem tanda atau kode tertentu. Hubungan  di antara gagasan yang ditunjukkan oleh kerangka dinyatakan dengan serangkaian kode berupa huruf dan angka.
      Bagian utama biasanya didahului huruf atau angka tertentu (misalnya angka Romawi), sedangkan bagian bawah atau subbab menggunakan tanda lain. Ada juga kerangka yang menggunakan ankga Arab, bila karangannya singkat. Angka Arab juga dapat digabungkan dengan huruf kecil, bila karangannya tidak terlalu panjang misanya untuk makalah atau artikel sederhana. Kode-kode akan lebih kompleks dalam karangan yang lebih panjang seperti skripsi, tesis, disertasi, dan buku.
   Agar karangan terstruktur rapi, pengarang harus membagi-bagi gagasan. Kaidah pembagian yang perlud diingat adalah semua yang terdapat di bawah suatu tanda harus berhubungan langsung dan berada di bawah yang membawahkannya. Tanda-tanda yang digunakan (huruf atau angka) harus ada pasangannya, minimal satu. Perhatikan contoh di bawah ini.

Yang benar                                                        Salah
I………                                                       I……………………..
II…………                                                       A…………………
   A…………                                               II…………………….
       1…………………                                      A…………………
       2…………………                                      B…………………
B……………………..                                           1…………………

Contoh Pengkodean (kodefikasi)  Kerangka Topik

Gabungan Angka dan Huruf                       Angka Arab  (digit)

II. SEBAB-SEBAB KERESAHAN        2. SEBAB-SEBAB KERESAHAN   BURUH
                BURUH
1.      Gaji Pokok                                              2.1     Finansial
a.      Buruh Terampil                               2.1.1  Gaji Pokok
b.       Buruh Kasar                                    2.1.1.1  Buruh Terampil
2.      Perumahan                                              2.1.1.2  Buruh Kasar
a.      Buruh yang Sudah Berkeluarga     2.1.2.1 Buruh yang Sudah Berkeluarga
b.      Buruh yang Belum Berkeluarga     2.12.1. Buruh yang Belum Berkeluarga
3.      Pemeliharaan Kesehatan                       2.1.3     Pemeliharaan Kesehatan
a.      Buruh Lelaki                                     2.1.3.1  Buruh Lelaki
b.      Buruh Perempuan                             2.1.3.2 Buruh Perempuan
B.    Politik                                                              2.2 Politik
1. Pengaruh Serikat Buruh Perusahaan             2.2.1  Pengaruh Serikat Buruh Perusahaan
    a. Pengaruh pada Buruh Terampil                 2.2.1.1 Pengaruh pada Buruh Terampil
    b.Pengaruh pada Buruh Kasar                        2.1.2.1   Pengaruh pada Buruh Kasar
2. Pengaruh dari Luar Perusahaan                     2.2.2       Pengaruh dari Luar Perusahaan
    a. Organisasi Politik                                          2.2.2.1    Organisasi Politik
    b. Partai Politik                                                  2.2.2.2.   Partai Politik

Pola Penyusunan Kerangka Karangan
      Terdapat dua pola penyusunan karangan yang biasa digunakan, yakni pola alamiah dan pola logis. Pola pertama disebut pola alamiah, karena penyusunan unit-unit bab dan subbabnya menggunakan pendekatan yang alamiah yang esensial. Yakni, ruang atau tempat dan waktu.
      Sedangkan pola kedua disebut pola logis, karena menggunakan pendekatan berdasarkan jalan pikiran atau cara berpikir manusia yang selalu mengamati sesuatu hal berdasarkan logika, yang masuk akal atau tidak.
(bersambung).



Just Thanks For :

Semoga bermanfaat. . .  
Silahkan kunjungi blog Gallery Foto saya, dengan link dibawah ini :

Best Regard, 
Shandry Fadlyka